Disini tertulis segala hal yang menjadi bagian dari goresan di atas kertas kehidupan sebagai sketsa dari gambar yang membentuk diriku.

Rabu, 19 Desember 2012

Desember, sembilan belas.

Terbuka mataku pagi-pagi
memandang atap langit-langit
sejenak hati seperti teriris
tapi bibir ini meringis
menahan tangis

Sejenak terpaku
melihat boneka biru
ku peluk
dan kutatap matanya yang sendu
hanya itu
yang menemani hatiku yang kelu

aku memang berlebihan
aku hanya mencoba untuk perhatian
meggeser tombol telepon menekan call
mendengar bunyi bripp bripp aa
ada sisipan di suara itu, tidak biasa.

ku ucapkan selamat pagi
terdengar suara kecil
menggambarkan belum benar-benar hadir
masih setengah tertidur kecil
mencoba menghibur hati,
langsung berceritalah bibir ini
belum selesai, ada bunyi tiiit........
telepon berhenti

aku aku aku.
aku memang tak punya pendirian
senengnya ikut-ikutan melulu
aku mungkin memang belum mengerti arti sebuah prinsip dasar
dan tak tau apa itu suatu keidealisan
aku mungkin seperti air yang mengalir?
atau mungkin seperti daun yang tertepa angin?
ahh... tak tau.
aku terlalu terlena jatuh ke dalam suatu lubang,
hanya duduk di situ,
tanpa mencoba merangkak naik.
aku terlalu takut untuk melihat keindahan apa yang ada di atas sana
saat ini aku memang begitu
tak punya prinsip
tak punya pilihan
tak punya suatu keidealisan
tapi yang kuingin kau tau
memilihmu adalah bagian prinsip, pilihan dan keidealisanku.
dan aku tidak ikut-ikutan melulu. 
2

Jumat, 02 November 2012

10 Menit Saja Seperti Ini

Pagi ini aku menguntai kata. Mencoba mengumpulkan potongan-potongan kata semalam yang membuatku bisa bangun pagi ini dengan sedikit helaan nafas lega.

Kemarin, entah kenapa hari itu menjadi hari yang membuat nafas ini berat untuk mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen, entah kenapa mata ku pula menjadi panas, alunan lagu-lagu melow yang diputar di kelas membuat air mata yang menumpuk di balik kelopak mata ini semakin ingin berlari keluar. Dan tentu saja, aku harus menjaganya agar tak meluap dari jalannya.
Hari itu, aku mengingat satu kalimat dari orang yang paling aku sayang, orang itu mengucap dengan lembut di telingaku, bisikan halus yang menggetarkan jiwa, seakan menyudutkan aku.
"Kalo memang aku masih punya mimpi, kejar." Satu kalimat yang membuatku tidak bisa tidur semalaman. Satu kalimat yang membuatku merasa terdudukan oleh waktu. Satu kalimat yang mengunciku disini dan seakan ingin mendorongku keluar dari pintu ini.
Kalimat itu masih mengiang-ngiang di benakku sepanjang siang. Aku ingin meluapkannya, namun aku tak tau bagaimana harus memulai, bagaimana harus mencurahkan, siapa yang mau mendengarku, siapa yang mau menghiraukan aku. Ingat, aku disini sendiri.
Ketika aku memiliki waktu seperempat jam saja, ku guyur kepalaku dengan air, kubasahi seluruh badanku, entah keringat, air hujan, air mata, saat itu menjadi satu. Kubiarkan semua melarut dan mengalir, aku hanya butuh mengeluarkan hal-hal yang menyesak ini. Namun, entah kenapa kelegaan ini belum ada.

Matahari telah meredup dan bersembunyi, mungkin ia ingin beristirahat sejenak setelah seharian bernego dengan hujan, ia mengalah.
Sepeda motorku melaju, di tengah bisingnya kota. Percikan air di jalan, genangan air di lubang-lubang, dan tetesan air dari pohon, memberi tahuku, seperti ingin menenangkanku, seakan bicara, "Tenang saja, menangis lah, tak ada orang yang tahu, semua akan berbaur dengan air-air ini, semua akan terhapus oleh angin."




Aku menerawang, aku bilang, aku sedang tidak ingin menangis sendiri. Itu membuatku lelah.
Motorku berhenti, aku menantinya, aku ingin bertemu dengannya. Dia bilang, "sabar ya." Aku menanti, lima menit mungkin.

Kemudian dia datang, menyuguhkan senyum dengan kata maaf. Aku diam saja.
Dia mengambil alih kendaliku, membawaku ke tempat dimana aku bisa sedikit melegakan diri. Aku ingin makan sebanyak-banyaknya.
Dia menghiburku, membawaku ke dalam cerita-ceritanya yang melarutkan kesedihan-kesedihanku. Aku pun lupa sejenak dan tertawa bersamanya. Dia benar-benar bisa menyokongku.

Namun. tujuanku bertemu dengannya dari awal karena aku ingin bercerita. Di tengah tawanya, aku memanggil bisik namanya. Aku bisikan, "10 menit saja". Kemudian kami terdiam. Aku diam dan melelehkan air mata ini. Dia diam, dan membiarkan aku meneteskannya. Oh Tuhann.. pedih sekali.
Kemudian dia bertanya kenapa. Aku menjawab ada banyak hal yang membuatku seperti ini. Dia tersenyum dan berkata, pasti tidak lebih dari lima.


Aku menunduk, dan menceritakan semuanya. Walaupun sulit, kuceritakan sejujurnya. dia yang benar-benar sabar dengan keadaanku yang sering seperti itu, dengan serius mendengarkan aku, menguatkan aku, meluruskan aku dengan segala niatku, mendorongku dan menyemangatiku.


Dia yang berkata, "jangan mencari suatu tujuan tertentu kalau kamu memang serius ingin masuk ke dalam suatu hal, turunlah saja, pasrahkan, jangan menarget, tapi ikuti arusnya, maka yang kamu cari akan kamu dapatkan, tapi kalau kamu sejak awal masuk di dalamnya karena menginginkan suatu hal, kamu akan sulit untuk mendapatkannya. Jalani saja, dan ikuti apa yang di dalamnya.
Jangan beranggapan kamu itu hanya sendirian, jangan beranggapan kamu berbeda dari yang lain, kamu seperti itu karena sejak awal kamu yang menganggap mereka berbeda, cobalah untuk mengganggap mereka itu sama sepertimu, nantinya pasti kamu juga akan seperti mereka.


Semuanya itu butuh proses. Jalani proses itu. Semua orang pasti pernah mengalami hal
yang seperti kamu alami itu. Termasuk juga aku."


Aku masih diam saja dengan segala kata-katanya yang masih memenuhi pikiranku. Dia menyudahi 10 menit itu, dia menuntunku untuk pulang dan mengucapkan selamat malam.
Dan di peraduanku, aku tidur berlantun suara dari orang yang paling aku sayang, ibuku.
1

Jumat, 05 Oktober 2012

Right here, right now.

Entri Baru.. Sudah lama sekali sekiranya blog ini tidak aku buka. Berbagai hal yang biasanya tercurah dalam untaian beribu kalimat seakan terbuang menjadi gelombang suara yang berlari ke telinga orang yang menjadi lawan bicaraku,, tanpa kuabadikan dalam rangakaian huruf ini.Sekarang aku mencoba menangkap gelombang2 yang terlanjur terlepas ini dengan pikiran enginering yang selalu ia ingatkan. Sekarang aku berada di kota ini, entah dulu apa yang melintas di pikiranku dan membuat aku mengambil suatu pilihan diluar perkiraanku. Aku memilih disini. Semenyesal dan sekecewanya aku mungkin ini memang menjadi konsekuensiku karena ini memang benar-benar pilihan yang sudah aku ambil.
aku berada di kota ini dengan awalan suatu perasaan berat yang mengacau. Berat ini terasa memberi suatu gelauan. Hahahahah. Aku terlalu keras berpikir. Suatu pernyataan sudah mengumum bahwa katanya "Tuhan selalu turut campur dalam perjalanan hidup kita." Namun, sesuatu yang menjadi pertanyaan adalah, apabila kita merasa menyesal dalam suatu pilihan yang telah diambil, akankah itu memang benar-benar Tuhan yang merencanakan atau kah karena kita yang salah dalam memilih suatu pilihan? Pertanyaan ini aku sampaikan kepada engineringku, sayang sekali dia tak bisa menjawabnya. Dan dalam suatu kesempatan di mana disitu di bahas mengenai suatu Kekatolikan Sejati, dengan seorang romo yang menjadi pembicara, aku mencoba untuk mengutarakan hal yang mengusik pikiranku tersebut. Dengan ini, akhirnya aku mendapat suatu jawaban yang cukup kuat untuk menjadi suatu yang bisa dipegang dan diyakini oleh hati ini. Romo tersebut mengungkap. Kita sebagai manusia seperti yang lain, tak lepas dari suatu keinginan. Manusia itu makhluk yang tidak pernah puas, dalam setiap waktu dalam setiap kesempatan, ia pasti berharap akan sesuatu hal. Makadari itu, seorang katolik biasa dalam hal novena. Dalam novena, seseorang akan mengungkapkan sesuatu yang diinginkannya tersebut. Satu kesalahan manusia adalah dalam hal pilihan. Manusia sering tidak bisa menentukan mana pilihan dan keinginan yang benar-benar menjadi suatu prioritas untuk bisa di dapatkan. Bila kita menyesal akan suatu hal, kita tidak bisa menyalahkan Tuhan begitu saja. Itu mungkin karena kesalahan kita yang kurang tepat dalam memilih. Dan mulai sekarang, hal yang harus kita ubah adalah pandangan pernyataan hidup kita yaitu Tuhan memberi bukan apa yang kamu inginkan, melainkan apa yang kamu butuhkan. Dengan ini, saat ini yang perlu kamu lakukan adalah bersyukr dan memanfaatkan segala yang ada, Tuhan mungkin mempersiapkan ini karena memang inilah yang kita butuhkan terlebih dahulu. Mulai sekarang, belajarlah untuk memprioritaskan segala keinginan dengan baik.
0

Minggu, 12 Agustus 2012

Antara Cinta dan Benci

Sabtu pagi ini saya berada di kos. Melewati hari tempat kos merupakan suatu hal baru bagiku. Dimana biasanya saya bisa melakukan apa pun di rumah, kali ini semuanya terbatas. Daerah kekuasaan hanya ukuran 3x3m. Frekuensi kegiatan yang paling sering saya lakukan hanya tidur, nonton tivi dan online.

Saya mulai jenuh menghadapi hari ini. Membuka leptop, buka facebook, buka twitter, ahh. Rutinitas yang membosankan. Kemudian saya iseng membuka youtube. Saya mulai mencari-cari video motivasi. Awalnya berharap agar menjadikan diri ini tergerak untuk menjadi seseorang yang lebih berwawasan. Beruntungnya saya menemukan video dari Pak Mario Teguh yang membahas tentang Cinta dan Benci. Untuk itu, disini saya belajar untuk menulis dan menyimpulkan atas apa yang telah saya dengar lihat dan saya dengar.

Tidak Ada Hubungan Cinta Tanpa Perbedaan Pendapat

Perbedaan dalam suatu hubungan itu merupakan suatu kekuatan untuk menumbuhkan. Kenapa? Karena seorang kekasih pada dasarnya akan mengatur. Mengingatkan orang yang dicintainya akan perilakunya dan membawa ke sikap yang lebih baik.

Biasanya orang mentestimoni bahwa yang namanya benci itu singkatan dari benar-benar cinta. Hal ini bisa saja terjadi. Sebab, ketika kita membenci seseorang maka kita akan terus saja mengingat orang yang kita benci tersebut. Sama halnya ketika kita selalu mengingat orang yang kita cintai.

Sesuatu yang menjadikan cinta itu indah bukan karena kedua orang yang saling mencitai itu saling pandang dan melihat pribadi masing-masing pasangan. Namun karena kedua orang yang saling mencintai tersebut melihat ke arah dan tujuan yang sama.

Hubungan yang rusak atau krisi itu sebenarnya bukan disebabkan kurangnya cinta diantara keduanya, tetapi karena kurangnya persahabatan. Cinta akan lebih indah dengan persahabatan dan kepedulian.

Cinta yang hadir dalam suatu pasangan akan memberikan kekuatan untuk tumbuh. Cinta akan menuntut perbaikan, jadi kita tidak boleh mengeluh bila pasangan kita memberikan suatu tuntutan. Sebab, tuntutan itu dapat menimbulkan kontradiksi dan kontradiksi memacu suatu pertumbuhan. Kontradiksi dalam suatu hubungan bukan tanda tidak adanya keindahan.

Apabila kita dituntut pasangan kita, sebenarnya kita bukan bersikap menurut saja. Namun menuruti keindahan pribadi sebagaimana diharapkan orang lain dan menuntut keindahan pribadi yang kita harapkan kepada orang lain. Latihlah untuk menuntut kebaikan saat kita jatuh cinta.

Jika orang mengatakan cinta itu buta, sebenarnya tidak demikian. Cinta itu bukan buta, tapi melumpuhkan logika.

Cinta itu butuh upaya untuk kebaikan dan harus sesuai dengan cita-cita bersama.

Besarnya cinta ayah dan ibu akan semakin membesarkan tuntutan mereka kepada kita agar menjadi seseorang yang kadang harus sesuai dengan keinginan mereka. Besarnya tuntutan mereka akan sejalan dengan besarnya rasa untuk menolak. Maka dari itu, biasakanlah membimbing anak hidup dalam kedisiplinan.

Penolakan memiliki hubungan dengan keikhlasan. Orang berhasil disebut ikhlas karena ia berhasil melewati keengganan, rasa malas, dan rasa khawatir tetapi tetap mampu bertindak mengatasi masalahnya.

Semakin kita ditolak akan sesuatu, semakin kita diberikan anugerah oleh Tuhan untuk dilatih lebih menjadi pribadi yang mewakili kebaikan.

Membahas mencintai dan dicintai, sebenarnya yang sangat perlu adalah mencintai diri sendiri. Jangan melihat diri sendiri di cermin sebagaimana adanya yang kadang banyak keluhan dan kekurangan. Namun cintai diri sendiri dengan sangat bangga.

Kesimpulannya, sebenarnya tidak ada rasa atau pilihan lain kecuali mengisi hati dengan cinta sebetulnya berkasihsayanglah. Isilah hati dengan cinta. Dengan begitu kemarahan dan kebencian kita pasrahkan kepada Tuhan. Katakan sesuatu yang indah kepada orang-orang yang ada cintai dan lebih indah kepada orang yang anda benci.
0

Rabu, 18 Juli 2012

HARI INI-PART 1

Hari ini hari penantian pengumuman simak ui 2012. Ha aku takut ya Tuhan. Yang menginginkan untuk diterima di sana pasti juga bukan hanya aku seorang. Masih banyak orang-orang dan teman-teman lain di luar sana yang berharap untuk bisa melanjutkan sekolah dan meneruskan cita-cita mereka di ui. Ya, Tuhan semoga aku termasuk salah satu dari mereka yang beruntung ya Tuhan..
0

Rabu, 20 Juni 2012

Aku Ingin Pulang

Kemanapun aku pergi
Bayang bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S'lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri

Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian

Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du du du

Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa

Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku harus pulang
0

Senin, 28 Mei 2012

Selamat Ulang Tahun

dear you,

Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?

Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara

Tahanlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara

Jangan berjalan, Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada menantiku

Mundurlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang s'lalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

240512
0

Minggu, 13 Mei 2012

ini cerita :) - The Prologue


Suatu hari dimana kulihat matahari bersinar dengan terik, langit membiru tanpa awan, dan jalanan cukup lekang untuk berlalu, aku melihat seorang terduduk menepi di sisi sebuah jalan. Dia terdiam, sebagian terawang matanya seakan digunakan untuk berpikir, bukan untuk melihat berbagai hal di di depannya. Entah apa yang dipikirkannya saat itu. 

Aku berlalu di depannya dan berhenti. Dia menyadari kehadiranku. Aku tersenyum, dia tersenyum. Dia mengambil alih kendaliku dan dengan segera kami telah berada dalam jalan yang sama. Aku berdoa, kubuat tanda salib, memohon kepadaNya untuk melindungi makhluk-makhluk kecil ini dalam berjalan di duniaNya ini.  

Kunikmati semua yang ada sepanjang perjalanan ini, sinar terik matahari, langit biru, angin kencang, tawanya, suaranya, semuanya kusimpan dan kurapikan dalam hati.

Kali ini kurasa perjalanan berjalan dengan cepat. Tanpa terasa, warna biru laut dengan derunya telah terlihat di ujung mata. Aku mulai banyak bicara, dimulai dan selalu dengan pertanyaan kecil yang mungkin tidak begitu penting. Namun, dia  yang di depan selalu bisa menjawab pertanyaanku walaupun mungkin bukan dengan jawaban yang tepat. Lucu sekali, mungkin dia ingin terlihat tau segalanya di depanku. 

Sesampainya di tujuan, baru kusadari banyak sekali orang di sana. Aku berjalan di sampingnya dan kutengok dan kusaadari betapa pendeknya diriku. Mungkin hanya setinggi bahunya saja. Bahkan aku harus mendongakkan kepalaku untuk bisa melihat ia berbicara. Seperti anak kecil yang ingin berbicara kepada ayahnya.

Kami beriring semakin mendekat ke bibir pantai. Kulihat ke arah laut. Sepertinya agak berbeda dari terakhir kali aku melihat pemandangan ini. Aku berhenti sejenak dan memandang berkeliling dan pandanganku berhenti ke arahnya. Aku menunjuk ke arah pemecah ombak, karena rasa penasaranku, kuajak dia kesana.
Kami berjalan dan berjalan terus hingga hampir berada di ujung pemecah ombak itu. Sebelum sampai di ujung. Aku merasa ragu untuk mendekat. Kulihat sekelilingku, warna biru gelap laut semakin jelas. Gelombang berjalan yang lebih besar daripada yang terlihat di pantai pun bergelombang lebih kuat. Ujung pemecah ombak itu basah, menandakan terkadang ada ombak yang mampu melewati tinggi batas pemecah ombak itu. 

Dia menawarkan apakah aku ingin kesana atau tidak. Pertanyaan itu sengaja dilontarkannya mungkin karena melihat ada keraguan dan sedikit rasa takut dari wajahku. Diantara ketakutkanku, aku mengiyakannya. Dia meyakinkan aku, bahwa ini semua akan baik-baik saja. 

Kami mendekat, untuk sejenak aku merasa baik-baik saja. Namun tiba-tiba, dia berkata dengan nada datar. “Ombaknya besar.” Hwa? Ya, aku melihatnya. Ombaknya besar. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku takut. Sekilas kudengar orang-orang disekelilingku berteriak dan berlari. Namun, ketakutan membuatku tidak bisa bergerak. Yang aku ingat saat itu, aku mendekati punggungnya dan aku memejamkan mataku. Aku benar-benar takut. Aku pasrah. Namun, kurasakan sebuah refleks. Tubuhnya berbalik dan tangannya memegang erat pundak dan lenganku, menarik kepala dan tubuhku ke badannya. Dan seketika gelombang air yang besar dan keras mengguyur kami, menghantam punggungnya yang membentengiku. Dengan mata yang masih terpejam, kugenggam erat lengan bajunya. Aku takut, benar-benar takut. Namun, ketika kubuka mataku Puji Tuhan, tak ada hal buruk yang terjadi. Hanya saja aku melihatnya basah kuyup, benar-benar basah kuyup. 

“Kenapa tadi tidak lari saja, hah?” dia bertanya sambil melepas kacamata dan mengibaskan rambutnya yang basah. Aku hanya bisa menjawab tak tahu dan menggelengkan kepala hingga aku tersadar bahwa ternyata aku juga basah. Aku bergetar, tanganku dingin dan gemetar. 

*bersambung, dan jangan tanya lanjutannya ya.. haha


0

Rabu, 11 April 2012

"Aku tak akan membuat kalian menangis lagi"


 Malam ini aku kedinginan, sakit perut, kelaparan (hehe). SUKSES. Sakit perut ini mengingatkanku saat bulan September tahun lalu. Rasanya seperti mau mati.

Waktu itu bulan September. Saat itu kebetulan Bapak mengikuti PLPG ke Klaten. Di rumah hanya tinggal aku dan Ibuku.

Hari pertama, kebetulan hari Senin. Aku ingin belajar prihatin dengan puasa senin kamis. Hari Senin aku mencoba untuk puasa dan lupa sahur karena kesiangan. Aku tidak pernah berpikir bahwa lambungku ini akan membawa “sesuatu” untuk seminggu kedepannya waktu itu.
Senin
Pelajaran demi pelajaran berlalu, aku masih merasa baik-baik saja. Pukul setengah dua belas, kepalaku mulai terasa sakit. Bukan pusing, tapi sakit. Namun kubiarkan saja. Kebetulan minggu-minggu ini kelasku sibuk untuk menyiapkan seminar kelas. Aku sebagai sekretaris bersama ketua kelas membuat dan melengkapi surat-surat hingga jam 4 sore. Dan saat itulah sakit kepala ini semakin menjadi bahkan mulai membuat tubuhku lemas. Sesampainya di rumah, karena hanya ada aku dan ibuku, kami sepakat untuk membeli nasi kucing saja untuk buka puasa. Setelah berbuka,  entah kenapa mendadak lemas dengan sakit kepala yang terus menusuk. Ibuku mulai khawatir. Aku merebahkan diri ke tempat tidur, lemas, ibuku terus saja khawatir dengan menanyakan keadaanku, namun lucunya aku tidak jelas mendengar apa yang ibuku katakan, aku tidak sadar.
Malam itu gerimis, pukul setengah Sembilan malam, ibuku menelpon dokter langganan kami, ternyata beliau sedang keluar kota. Haha, kebetulan sekali. Nha, disini kesalutanku terhadap ibuku muncul, beliau segera mengambil tindakan membawaku mencari dokter malam itu, aku yang lemas hanya menurut saja.
Kami mengendarai motor, aku dibelakang tentu saja, gerimis yang turun menyertai tangisanku di punggung ibuku, belum pernah aku mengalami seperti ini. (Bapakk kangen bapakk)
Di tempat dokter aku didiagnosis sakit maag. Perutku dipencet-pencet. Astaga, sakeett dok.
Selasa
Sebenarnya pagi ini aku merasa sudah baik-baik saja. Tapi karena aku sedikit males untuk sekolah. Aku minta ijin sajalah. Hehe.
Belum berakhir, aku belum baik-baik saja ternyata. Awalnya, aku memang merasa baik-baik saja, namun beberapa jam kemudian aku kembali melemas. Seakan peredaran darahku berjalan lambat, pandanganku kabur, dan rasanya seperti kekurangan oksigen, aku hanya bisa berbaring di tempat tidur. Hal ini terus berulang, aku bisa merasa sehat baik-baik saja lalu melemas dengan tiba-tiba.
Rabu
Berbeda dengan hari kemarin, hari ini aku benar-benar lemas. Namun karena hari ini aku ada ulangan Biologi, aku memaksakan diriku untuk berangkat sekolah.
Sampai di kelas, teman-teman mulai bertanya. “kamu kenapa, Nna? Kok pucet dingin gitu.” Jawabku hanya senyum dan berkata, “gak papa.”
Seharian aku memang mengikuti pelajaran, tapi sama sekali tak bisa menangkap pelajaran hari itu. Dan lihat saja, catatanku bersih, tak tau kenapa, tangan dan tubuhku terus saja bergetar, membuatku lemas dan tak sanggup untuk menulis. Bgaimana ulangan Biologinya? Karena memang tak bisa belajar dengan kondisi seperti ini semalam, nilaiku cuman 65. Hiks. Tau gitu gak usah masuk.
Kamis
Pagi aku bolos sekolah, ibuku membawaku ke Puskesmas untuk cek darah. Ibuku khawatir aku mengalami tipus, demam berdarah, apa malaria gitu. Yaa ampun ini pertama kalinya aku cek darah pake jarum suntik. Hiks. Malu-maluin banget, gak berani ngeliat jarum suntik.
Siangnya aku berangkat sekolah, untuk apa jal? Tentu saja untuk ulangan Biologi lagi. Geje gak sih, berangkat sekolah kok jam 10. --" Sama seperti kemarin, sepanjang masuk gerbang sekolah sudah ditanyain guru, “Kamu kenapa?Kok pucat sekali.”
Oiya, ulangan biologinya juga Cuma dapet 75. Yaa ampun, tau gitu bolosnya tadi sampe siaaanng.
Sewaktu pulang sekolah, hasil lab sudah keluar. Dan semuanya normal, aku tidak menderita tipus, malaria atau pun DB. Yang mencolok di kertas itu, haa leukositku di bawah normaaal.
Nha, di kamis malam ini aku merasa puncak dari segalanya…
Waktu Lemes Masih bisa Mejeng


(Bersambung)





0

Rabu, 04 April 2012

Sometimes When We Touch

You ask me if I love you
And I choke on my reply
I'd rather hurt you honestly
Than mislead you with a lie
And who am I to judge you
On what you say or do?
I'm only just beginning to see the real you

And sometimes when we touch
The honesty's too much
And I have to close my eyes and hide
I wanna hold you til I die
Til we both break down and cry
I wanna hold you till the fear in me subsides

Romance and all its strategy
Leaves me battling with my pride
But through the insecurity
Some tenderness survives
I'm just another writer
Still trapped within my truth
A hesitant prize fighter
Still trapped within my youth

And sometimes when we touch
The honesty's too much
And I have to close my eyes and hide
I wanna hold you til I die
Til we both break down and cry
I wanna hold you till the fear in me subsides

At times I'd like to break you
And drive you to your knees
At times I'd like to break through
And hold you endlessly

At times I understand you
And I know how hard you've tried
I've watched while love commands you
And I've watched love pass you by

At times I think we're drifters
Still searching for a friend
A brother or a sister
But then the passion flares again

And sometimes when we touch
The honesty's too much
And I have to close my eyes and hide
I wanna hold you til I die
Til we both break down and cry
I wanna hold you till the fear in me subsides
0

Minggu, 01 April 2012

Cukuplah


Mataku terbuka. Masih gelap.  Jantungku berdetak lebih cepat. Kutengok jam dinding, setengah lima pagi. Terbangun yang cukup pagi untuk ukuran hari minggu.. Kupeluk boneka lumba-lumbaku, mencoba meyakinkan diri bahwa ini memang benar hari minggu. Di antara rintik hujan yang kudengar dari balik jendela, kupejamkan mataku, ku masukkan wajahku lebih dalam lagi ke dalam pelukan bantal dan boneka, mencoba mengurangi rasa gelisah dari mimpiku semalam.
Terbayang-bayang pertanyaan. Ya Tuhan, apa ini artinya, apa ini Tuhan, membuatku tersentak kembali ke dalam, senyuman kebimbangan, sepihan sore di pinggir jalan, jangan.. ah.
Kupejamkan mataku, mencoba menghabiskan kegelapan pagi ini untuk menunggu sang mentari datang. Namun, mimpi itu tetap saja mengusikku. Sebuah kebetulan, ya sebuah kebetulan saja, kuyakinkan diriku.
Ku ambil hape, baru beberapa tombol kutekan, ahh ini sudah tidak bisa, hari sabtu sudah lewat, hari ini minggu. Ku tengok leptop, ahh tidak bisa juga. Tak ada yang bisa menghubungkan dengan dunia maya.
Sudahlah, aku hanya bisa mengukapkan semua ini pada Tuhan. Dan sedikit berharap, jangan datang ke dalam mimpiku seperti malam tadi untuk saat ini.
0

Rabu, 21 Maret 2012

Satu Lembar Biru Saja

Satu lembar saja,
di bawah langit biru,
di antara buaian angin,
satu pasir, dan rasakan semua berdesir.
matahari saja kalah
atau mengalah?
satu lembar itu saja..
0

Bukan Perpisahan Bukan untuk Berpamitan

"Nna, liat itu.."
"Hm, apa?"
Pagi meredup. Matahari enggan mengintip. Hujan turun perlahan, tetes demi tetes kecil menyentuh kening kami semua disela barisan panjang.
"liat kan, Na? Langit juga ikut menangis."
Aku menengok. 
"ha iya.. "
0

Selasa, 06 Maret 2012

Twilight in this afternoon

….
Twilight in this afternoon
I think will tell me something
Beautiful orange sky
So shy that I know I love you
You who you are
I don’t need you in another side
You who give me smiles every day
…..
(Just an imagine – p4radise)
Satu dua tiga
Menghitung detik mencari kata
Air bergemerisik
Mengalir turun tak ingin mengalahkan degup jantung
Mencoba menebak
Di balik batu ada udangkah?
Atau sesuatu yang lain?
Sebuah nama memanggil
Melihat dan aku tersenyum
Bingkisan alam terindah darinya
Cantik.
0