Pagi ini aku menguntai kata. Mencoba mengumpulkan potongan-potongan kata semalam yang membuatku bisa bangun pagi ini dengan sedikit helaan nafas lega.
Kemarin, entah kenapa hari itu menjadi hari yang membuat nafas ini berat untuk mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen, entah kenapa mata ku pula menjadi panas, alunan lagu-lagu melow yang diputar di kelas membuat air mata yang menumpuk di balik kelopak mata ini semakin ingin berlari keluar. Dan tentu saja, aku harus menjaganya agar tak meluap dari jalannya.
Hari itu, aku mengingat satu kalimat dari orang yang paling aku sayang, orang itu mengucap dengan lembut di telingaku, bisikan halus yang menggetarkan jiwa, seakan menyudutkan aku.
"Kalo memang aku masih punya mimpi, kejar." Satu kalimat yang membuatku tidak bisa tidur semalaman. Satu kalimat yang membuatku merasa terdudukan oleh waktu. Satu kalimat yang mengunciku disini dan seakan ingin mendorongku keluar dari pintu ini.Kalimat itu masih mengiang-ngiang di benakku sepanjang siang. Aku ingin meluapkannya, namun aku tak tau bagaimana harus memulai, bagaimana harus mencurahkan, siapa yang mau mendengarku, siapa yang mau menghiraukan aku. Ingat, aku disini sendiri.
Ketika aku memiliki waktu seperempat jam saja, ku guyur kepalaku dengan air, kubasahi seluruh badanku, entah keringat, air hujan, air mata, saat itu menjadi satu. Kubiarkan semua melarut dan mengalir, aku hanya butuh mengeluarkan hal-hal yang menyesak ini. Namun, entah kenapa kelegaan ini belum ada.
Matahari telah meredup dan bersembunyi, mungkin ia ingin beristirahat sejenak setelah seharian bernego dengan hujan, ia mengalah.
Sepeda motorku melaju, di tengah bisingnya kota. Percikan air di jalan, genangan air di lubang-lubang, dan tetesan air dari pohon, memberi tahuku, seperti ingin menenangkanku, seakan bicara, "Tenang saja, menangis lah, tak ada orang yang tahu, semua akan berbaur dengan air-air ini, semua akan terhapus oleh angin."
Aku menerawang, aku bilang, aku sedang tidak ingin menangis sendiri. Itu membuatku lelah.
Motorku berhenti, aku menantinya, aku ingin bertemu dengannya. Dia bilang, "sabar ya." Aku menanti, lima menit mungkin.
Kemudian dia datang, menyuguhkan senyum dengan kata maaf. Aku diam saja.
Dia mengambil alih kendaliku, membawaku ke tempat dimana aku bisa sedikit melegakan diri. Aku ingin makan sebanyak-banyaknya.
Dia menghiburku, membawaku ke dalam cerita-ceritanya yang melarutkan kesedihan-kesedihanku. Aku pun lupa sejenak dan tertawa bersamanya. Dia benar-benar bisa menyokongku.
Namun. tujuanku bertemu dengannya dari awal karena aku ingin bercerita. Di tengah tawanya, aku memanggil bisik namanya. Aku bisikan, "10 menit saja". Kemudian kami terdiam. Aku diam dan melelehkan air mata ini. Dia diam, dan membiarkan aku meneteskannya. Oh Tuhann.. pedih sekali.
Kemudian dia bertanya kenapa. Aku menjawab ada banyak hal yang membuatku seperti ini. Dia tersenyum dan berkata, pasti tidak lebih dari lima.
Aku menunduk, dan menceritakan semuanya. Walaupun sulit, kuceritakan sejujurnya. dia yang benar-benar sabar dengan keadaanku yang sering seperti itu, dengan serius mendengarkan aku, menguatkan aku, meluruskan aku dengan segala niatku, mendorongku dan menyemangatiku.
Dia yang berkata, "jangan mencari suatu tujuan tertentu kalau kamu memang serius ingin masuk ke dalam suatu hal, turunlah saja, pasrahkan, jangan menarget, tapi ikuti arusnya, maka yang kamu cari akan kamu dapatkan, tapi kalau kamu sejak awal masuk di dalamnya karena menginginkan suatu hal, kamu akan sulit untuk mendapatkannya. Jalani saja, dan ikuti apa yang di dalamnya.
Jangan beranggapan kamu itu hanya sendirian, jangan beranggapan kamu berbeda dari yang lain, kamu seperti itu karena sejak awal kamu yang menganggap mereka berbeda, cobalah untuk mengganggap mereka itu sama sepertimu, nantinya pasti kamu juga akan seperti mereka.Semuanya itu butuh proses. Jalani proses itu. Semua orang pasti pernah mengalami halyang seperti kamu alami itu. Termasuk juga aku."
Aku masih diam saja dengan segala kata-katanya yang masih memenuhi pikiranku. Dia menyudahi 10 menit itu, dia menuntunku untuk pulang dan mengucapkan selamat malam.
Dan di peraduanku, aku tidur berlantun suara dari orang yang paling aku sayang, ibuku.

aaakkk sejuta makna yang ku tidak tau itu apa
BalasHapus