Disini tertulis segala hal yang menjadi bagian dari goresan di atas kertas kehidupan sebagai sketsa dari gambar yang membentuk diriku.

Jumat, 14 Oktober 2011

Dimana katanya dulu?


Senja, 18.34 WIB

Sekarang mungkin aku sadar apa arti dari sore yang berjalan datang lebih cepat dari biasanya ini. Sepanjang perjalanan pulang, udara dingin memang tidak terlalu menusuk kulitku. Kontras sekali dengan untaian beberapa kata (hanya beberapa kata) yang membuatku terhenyak dan merasa terjatuh (lebih tepatnya merasa dijatuhkan). Jantungku tidak terasa berhenti sejenak. Air mata juga tidak langsung mengalir begitu saja. Namun, hanya nafasku saja yang terasa lebih berat. Paru-paruku serasa mengkerut. Merasakan ini, kurengkuh badanku dan beranjak ke kamar, menyalakan lampu dan mulai menyusun kata-kata di tulisan ini. Mungkin ini berlebihan, yah tapi mau bagaimana lagi. Itu yang kurasakan.

Semuanya memang sudah berlalu. Seharusnya tidak ada yang bersalah dalam hal ini. Namun, sulit untuk tidak menyalahkanmu, karena aku TIDAK MAU untuk menyalahkan PERBEDAAN. Perbedaan bukan untuk dipersalahkan. Namun untuk dinikmati saja. Itu mungkin akan terasa lebih berkesan dan unik. Itu menurutku. Menurutmu tidakkah?

Semuanya mungkin sudah berlalu. Angin sudah lewat membawa debu yang lain. Bukan debu yang sama seperti beberapa detik yang lalu. Harusnya aku melupakannya. Tapi entah kenapa debu yang lewat beberapa detik lalu itu masih memiliki aroma yang sampai saat ini bisa kuingat. Debu itu bukan hanya sekedar debu. Bahkan aku bisa merasakan teksturnya. Seperti saat ini. Aku masih bisa mengingat apa yang telah kau lewatkan itu.

Apa katamu. Kau bilang setia. Ya memang benar. Kau pasti setia dengan seseorang yang bersamamu. Bukan dengan ORANG yang telah kau lewatkan.

Aku tak tau secara pasti dalamnya hati. Kau bilang tak mungkin bisa melupakan. Ya memang benar. Kau pengingat sejati. Kau pasti akan mengingat setiap detail orang yang saat ini sedang bersamamu, bukan dengan orang yang sudah berlalu.

Aku pernah mendengar tentangmu. Bukan darimu. Tentangmu. Tentang kita. Itu tidak mudah. Dan memang menurut pelajaran sejarah, kita itu sulit. Sebenarnya aku bisa mengatasinya. Namun kau tidak bisa. Aku menghargainya, karna aku tahu, kau memang pribadi yang jauh lebih baik daripada aku. 
Yang kubisa lakukan hanya berusaha untuk melakukan apa yang dikehendakiNya dan menjauhi apa yang Ia larang, berusaha menjadi lebih baik saja. It’s me. Tapi kamu? Bahkan telah bisa melakukan yang lebih baik dari itu. 

Dengan untaian beratus kata ini. Sepertinya aku SALAH mengambil hipotesis. Dan kesimpulan yang bisa ku ambil setelah menulis semua ini adalah aku TIDAK menyalahkanmu, yang bersalah dalam hal ini adalah AKU. Salah aku menjadi yang terlewatkan? Salah siapa aku mau saja mengingat hal-hal manis itu? Salah siapa aku mau merasakan apa cintanya? Salah siapa? Tentu saja salahku, karena aku dengan tulus menerimanya dan itu bukan paksaan. Dan inilah resikoku konsekuensi dari semuanya itu.  Terimakasih. Terimakasih..

NB: Maaf, aku bukannya membicarakanmu di belakang. Namun, hanya disinilah aku bisa bercerita. Dan mengalirkan gelombang hati ku Sebab, malam ini bulan tak datang.
 

0

0 komentar:

Posting Komentar