Terbuka mataku pagi-pagi
memandang atap langit-langit
sejenak hati seperti teriris
tapi bibir ini meringis
menahan tangis
Sejenak terpaku
melihat boneka biru
ku peluk
dan kutatap matanya yang sendu
hanya itu
yang menemani hatiku yang kelu
aku memang berlebihan
aku hanya mencoba untuk perhatian
meggeser tombol telepon menekan call
mendengar bunyi bripp bripp aa
ada sisipan di suara itu, tidak biasa.
ku ucapkan selamat pagi
terdengar suara kecil
menggambarkan belum benar-benar hadir
masih setengah tertidur kecil
mencoba menghibur hati,
langsung berceritalah bibir ini
belum selesai, ada bunyi tiiit........
telepon berhenti
aku aku aku.
aku memang tak punya pendirian
senengnya ikut-ikutan melulu
aku mungkin memang belum mengerti arti sebuah prinsip dasar
dan tak tau apa itu suatu keidealisan
aku mungkin seperti air yang mengalir?
atau mungkin seperti daun yang tertepa angin?
ahh... tak tau.
aku terlalu terlena jatuh ke dalam suatu lubang,
hanya duduk di situ,
tanpa mencoba merangkak naik.
aku terlalu takut untuk melihat keindahan apa yang ada di atas sana
saat ini aku memang begitu
tak punya prinsip
tak punya pilihan
tak punya suatu keidealisan
tapi yang kuingin kau tau
memilihmu adalah bagian prinsip, pilihan dan keidealisanku.
dan aku tidak ikut-ikutan melulu.
Rabu, 19 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jadilah antimainstream
BalasHapusbagaimana jalannya?
Hapus