Disini tertulis segala hal yang menjadi bagian dari goresan di atas kertas kehidupan sebagai sketsa dari gambar yang membentuk diriku.

Kamis, 16 Februari 2012

It was cloudy and rainy. But, I didn't see any rainbow.

Di Balik Mendung
Detik jam menuntunku melewati ribuan kalimat dalam satu hari di sekolah. Berganti jam berganti bapak atau ibu angkat kami di sekolah tak mampu mengusir rasa kantuk dan beratnya kelopak mataku. Entah kenapa, hari ini, setiap jam pasti sangat nikmat bila aku bisa memejamkan mataku barang lima menit saja.
Bosan menanti detik jam yang terasa lebih lambat dari biasanya, kulepas jam tanganku dan kuhilangkan dari edaran mataku. Ayolah please, waktu, berjalanlah lebih cepat. Aku menanti.
Sepertinya caraku berhasil. 15menit lagi bel pulang. Jika sudah seperti ini, mataku langsung segar kembali untuk terbuka.
Namun, segera saja kurasakan bau tanah oleh air, selayang pandang kulihat hujan turun. Dalam hati, “Ya, Tuhan..hujan ya?”
Bel berbunyi. Tidak seperti teman-teman lain yang segera saja keluar kelas. Hujan kali ini malah membuatku enggan bergerak dari kursiku. Memandang buku perlajaran dan leptop yang masih setia berantakan di atas mejaku, ku letakkan kepalaku di atasnya, memejamkan mata, dan berharap. “Hujan.. Please, jangan lama-lama.”
Jujur, biasanya aku suka hujan, aku suka suasana bercanda dengan teman-teman ketika hujan. Menghabiskan waktu di depan kelas dan membasahi diri dengan percikan air yang turun dari atap depan kelas. Aku suka itu.
“Nna, pulang? Bareng ya?” Aku memandang ke arah suara itu dan mengangguk. Setelah membenahi barang-barang, aku berjalan ke luar kelas, memandang hujan, dan mengirim sebuah pesan. Ya sudah..

Jalan yang basah, kaki yang basah, tangan yang basah, wajah yang basah semuanya meminta untuk kunikmati. Sambil tetap memegang stir, aku memandang langit. Mendung. Eh? Langitnya mendung, dan hujan turun! Tapi aku tidak melihat pelangi.

0

0 komentar:

Posting Komentar